OPEN RECRUITMENT!!! Klik "Recruitment"

Kamis, 05 Mei 2016

Opini Pemuda: Muhammad Sidqi Irsyadi

Muhammad Sidqi Irsyadi

Sebuah harapan anak bangsa yang menginginkan perubahan, ya setidaknya perubahan mindset dalam setiap orang tentang apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar dan apa yang mereka ketahui tentang suatu hal yang cenderung setiap orang memiliki sifat apatis di era teknologi yang canggih ini meskipun kadang banyak orang yang tidak menyadari jika mereka apatis. Ya semoga program pemerintahan di era Jokowi tentang revolusi mental berjalan dengan lancer dan bukan sebuah wacana saja, karena bangsa Indonesia harus kembali ke fitrahnya dulu yakni manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Masih banyak anak bangsa yang berjuang menuju perubahan dengan caranya sendiri. Tapi banyak pula yang tidak tepat salah satunya yakni dengan jago kritik, anak muda jaman sekarang lebih banyak ngomong daripada untuk bertindak, mereka mudah sekali bila di mintai saran atau kritik tapi sayang hanya dunia maya itupun semua kritiknya terkadang tidak sopan dan tidak membangun untuk kemajuan yang lebih positif. 




Seperti halnya dengan pendidikan kritis, ya pembelajaran di Indonesia memang sangat membosankan seolah-olah kuno dan tidak ada perubahan, sekali ada perubahan contohnya kurikulum 13 semua pihak banyak yang kontra dan tidak setuju, karena bangsa ini luas tingkat tentang pengetahuan pun berbeda jauh apalagi apabila ditinjau dari sarana dan prasarananya. Karena prinsip pendidikan di Indonesia seperti Guru mengajar dan siswa belajar, Guru maha tahu dan siswa sedikit pengetahuannya, Guru memiliki pemikiran dan siswa mengikuti pemikiran tersebut, Guru berbicara dan siswa hanya mendengarkan,  Guru selalu disiplin dan siswa tidak disiplin, Guru bebas berpendapat dan siswa tidak boleh berpendapat lain, Guru mencoba kemampuannya dan siswa tempat percobaan kemampuannya, Guru bebas mengajarkan apa saja dan siswa harus mengikutinya, Guru merasa sudah banyak makan garam pendidikan dan siswa belum punya pengalaman, Guru ujung tombak proses pembelajaran dan siswa sebagai pengikut dalam pembelajaran. Dan kenapa sih murid harus mencari nilai bukan mencari ilmu pengetahuan ? dan kenapa pembelajaran harus mengikuti bab, kalau bab tersebut waktunya sudah habis atau selesai dan harus ke bab selanjutnya padahal kita belum menguasai bab sebelumnya ? bagaimana kita menguasai mata pelajaran tersebut kalau ada bab yang belum bisa kita kuasai. Pendidikan di Indonesia itu berasa dalam tekanan, banyak yang bilang kita seperti alat percobaan, kalau metode a gagal ganti metode lain sampai mengorbankan banyak siswa.



Banyak siswa yang lebih berhasil belajar atau mendapatkan ilmu di lembaga bimbingan belajar dan banyak siswa kemampuan dan potensinya terolah di komunitas – komunitas tertentu yang sesuai dengan keinginannya. Yang seharusnya itu semua mereka dapatkan di sekolah, padahal di sekolah kurang lebih 8 jam. Apa yang mereka dapatkan tak sebanding apa yang mereka dapatkan dan rasakan apabila di bimbingan belajar atau di komunitas yang jangka waktunya paling lama hanya 3 jam ! Kenapa demikian ? karena mereka tidak ada tekanan, tidak mencari nilai, mereka hanya diuji seberapa besar kemampuannya dan jika kemampuannya kurang mereka hanya perlu waktu tambahan. Biayannya pun bisa dikatakan lebih murah di bimbingan belajar daripada sekolah, bahkan komunitas pun banyak gratis mereka biasanya  hanya ditarik biaya untuk keperluan komunitas tersebut.

Memang pengembangan komunitas di Indonesia cukup banyak dan akan terus bertambah dari yang positif sampai negatif. Karena komunitas lebih bisa mengembangkan kemampuan dan mampu mengeksplor apa yang mereka inginkan. Bahkan banyak orang pula lebih berprestasi di komunitas daripada di dunia pendidikan, karena di komunitas mereka lebih dihargai di terima semua aspirasinya. Bisa jadi banyak orang lebih memilih untuk bolos atau izin sekolah untuk mengembangkan kemampuannya di komunitas tersebut.  Di komunitas pun banyak manfaatnya mereka mengenal banyak orang dan bahkan menambah jaringan, karena di setiap kota selalu ada event atau acara yang mengundang  beberapa komunitas yang ada di kota tersebut. Dan banyak pula komunitas yang bisa jadi berbeda haluan pun kadang mereka mampu bekerjasama untuk kemajuan sesama komunitas atau saling mengenalkan komunitasnya. Di komunitas pula berbagai umur berkumpul saling bertukar pendapat pengalaman, rasa sosial yang tumbuh itu sangat kental bahkan bisa di bilang keluarga baru.



Sumber: kasatkusut.com



Salah satu komunitas yang positif yakni komunitas pelajar atau umum yang tertarik dengan film, karena film bukan hanya tontonan tapi juga sebagai tuntunan untuk merubah mindset bangsa atau hanya sekedar menyampaikan aspirasi dan pendapat.  Memang film memiliki daya kuat untuk merubah sikap seseorang apabila film tersebut memiliki makna, maksud dan tujuan yang bagus itu merupakan contoh atau pengingat di kehidupan sehari-hari kita, dan apabila suatu karya makna, maksud dan tujuannya hanya meniru-niru adegan atau kebiasan di luar negeri yang bukan budaya Indonesia contoh sinetron di berbagai tv swasta yang bisa dikatakan tidak mendidik dan jauh dari budaya Indonesia bahkan terkadang sinetron tersebut tidak sesuai untuk ditonton semua umur. Karena sebuah karya film yang berkualitas menurutku  yakni yang tidak mudah ditebak, bahasa yang mudah dimengerti dan terselubung makna yang baik dan biasa diambil dari kehidupan sehari-hari kita atau apa yang kita pikirkan dan ingin di aspirasikan melalui film dan bisa pula cerita inspirasi dari orang yang terkemuka di dunia dan diadopsi sesuai selera masyarakat Indonesia dan budaya Indonesia.  Komunitas film adalah salah satu kegiatan yang positif , banyak hal yang akan kita dapatkan dengan tujuan apa yang kita inginkan di masing-masing pribadi. Karena dengan belajar dan menghargai orang lain kita akan tumbuh hidup dengan rasa percaya diri dan percaya akan kemampuan orang lain untuk bekerjasama dalam tim produksi film, mungkin banyak yang menyepelehkan hal kecil tersebut tapi itu yang namanya tim bukannya mencela dan mencaci maki tapi bangun semangatnya. SEMOGA AKAN ADA KOMUNITAS FILM DI JOMBANG dan mungkin ini  mimpi serta harapanku atau anak Jombang yang lain. 


Oleh:  Muhammad Sidqi Irsyadi 

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *